Global Crisis?

Bro and sis yang terhormat, hari ini kita mendapat kiriman e-mail dari salah seorang pengunjung Blog SNIPER tentang krisis global. Seperti apa ya pendapatnya? Ayo kita baca sama-sama.

Saat ini kita sedang dilanda krisis yang sebenarnya bukan krisis dari bangsa Indonesia, lebih tepat istilahnya "tersenggol" krisis yang ada di amerika.
Nah orang Amerika itu mengatakan krisis yang melanda negaranya sebagai "krisis global". Dengan demikian seolah-olah bukan negaranya yang menyebabkan krisis, tetapi "global"lah yang menyebabkan krisis.
Salah satu penyebab krisis financial tersebut bukanlah sesuatu yang besar, karena penyebabnya angka "2%".
Ada apa dengan angka 2% di Amerika?

Coba flash back mengenai bergugurannya perusahaan raksasa. Kejatuhan itu disebabkan antara lain adanya transaksi derivatif (Future contract), disamping akusisi yang terlalu besar.
Lehman & Brother yang begitu terkenalpun jatuh karena derifatif mereka atas subprime mortgage yang terlalu besar.
Sebenarnya subprime mortgage merupakan investasi yang high risk, tetapi mempunyai righ return sesuai dengan teori di Capital Market.
Jadi jika kita punya investasi high risk, maka risiko akan default akan semakin tinggi pula.
Banyaknya transaksi derivatif yang dipegang perusahaan-perusahaan di Amerika itu menyebabkan pasar modal di Amerika itu begitu berisiko (very high risk). Hingga pada akhirnya seperti yang terjadi saat ini..DEFAULT.

Setelah mengetahui pasar modal Amerika begitu berisiko sehingga menyebabkan default, maka apakah penyebabnya?
Sejak dulu, kebijakan kompensasi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan investasi di amerika untuk para fund managernya dikenal sebagai sistem 2% / 20% (biasa disebut two twenty).
Sistem Two Twenty ini sebenarnya wajar-wajar saja.
jika kita punya dana 100 juta yang ditempatkan sebagai investasi, maka atas dana ini bila fund manager bisa mengelolanya selama 1 Tahun mendapat kompensasi 2%. Setelah jangka waktu tertentu (misal 3 tahun), dana tersebut menjadi 300 juta. Nah, atas keuntungan 200 juta (300 juta -100 juta) tersebut fund manager akan mendapatkan 20%nya atau sebesar 40 juta.
Angka di atas merupakan perhitungan wajar bagi seorang fund manager yang telah menghasilkan 200 juta untuk pemilik dana.
Pertanyaannya, dimana kejanggalan sistem kompensasi ini, sehingga bisa disebut sebagai penyebab financial crisis di Amerika?

Angka 2% merupakan jumlah yang sangat kecil bagi seorang fund manager, sehingga setiap fund manager akan berlomba menuju angka 20%.
Untuk mendapatkan persentase angka yang tinggi, diharapkan investasinya juga menghasilkan return yang tinggi. Nah, disinilah timbul permasalahan itu.
Derivatif merupakan investasi yang high risk tetapi high return, maka fund manager saling berlomba memasukkan investasi dalam bentuk derivatif instrumen.
Kegagalan dalam investasi derivatif tidaklah menjadi masalah bagi fund manager, sebab yang bersangkutan masih memperoleh 2% dari nilai awal investasi dan tidak ada pinalti jika investasinya gagal.
Hal inilah yang mendorong pasar modal amerika very high risk, sehingga akhirnya karena tidak dalam kontrol yang bagus menjadi DEFAULT dan terjadilah krisis finansial di pasar modal Amerika.
Jika diurutkan tampak skema seperti ini:

Krisis financial ---> pasar modal very high risk ----> kebijakan kompensasi

Artinya : krisis pasar modal itu disebabkan oleh pasar yang very high risk, pasar yang high risk itu di akibatkan dari penerapan sistem kompensasi tanpa kontrol yang baik.