Kami mendapat kiriman e-mail berupa pemikiran terhadap fenomena pemekaran wilayah. Terimakasih pak Budi, semoga makin membuat kita dewasa dalam berdemokrasi dan bertata negara. Namanya pemikiran, sah-sah saja jika ada pihak yang pro maupun kontra. Tetapi Indonesia adalah negara demokrasi dimana penuangan pemikiran dijamin oleh undang-undang. Silakan dibaca ya.....
Kalau melihat jatuhnya korban jiwa dalam sebuah demonstrasi, contohnya
di SUMUT, jadi prihatin juga. Katanya aspirasi politik, kok jadinya
bunuh-bunuhan, penganiayaan?
Rasanya semua orang Indonesia harus ngelihat Jawa Timur. Gak ada
kepinginan untuk mbikin propinsi sendiri. Kabupaten/kodya pun utuh.
Dulu seorang Presiden RI pernah ngancam bikin Madura merdeka, tapi itu kan dulu, heheheh....
Sementara daerah lain di Indonesia, agenda politik yang menarik adalah
pemecahan propinsi atau kabupaten. Padahal, dari pemecahan
kota/propinsi itu muncul beban yang sebenarnya ditanggung masyarakat
juga. Yang semula rakyat cukup menggaji satu gubernur jadi nggaji 2
gubernur, belum lagi kepala dinas, biaya2 yang mengiringinya (mbangun
kantor baru, mobil dinas, ATK & sebagainya).
Kalo alasannya karena daerah itu gak diperhatikan, infrastruktur
rusak, mau pecah propinsi ya tetep rusak aja, wong semua ada umurnya.
Kalo alasannya untuk mengembangkan ekonomi daerah, wong perkembangan
ekonomi yang nentukan akhirnya juga pedagang (bikin pasar- didorong
swasta), pertambahan penduduk (transmigrasi, investasi pabrik baru -
diurus pusat), insentif ekonomi (pajak dll - diurus pusat, daerah
malah nambah pajak, disinsentif) , apa lagi coba?
Jadi, untuk apa mekar2an?
Apakah teman2 yang ahli politik & ahli pemerintahan bisa jelaskan
fenomena ini.
Mungkin selain Jatim, cuman Jateng yang juga tetep utuh (Jabar udah
pecah, jadi nambah Banten). Bisa jadi, karena itu pula yang kepilih
jadi presiden ya orang2 dari Jatim & Jateng aja (Pernah sekali orang
Makassar jadi presiden, malah ngelepas satu propinsi).
Sekali lagi, untuk apa pemekaran daerah? Adakah manfaat melebihi biayanya?
Budi HP
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar